Secara historis, psikologi humanistik adalah pandangan atau sistem pemikiran yang berfokus pada manusia daripada pandangan gaib atau ilahi. Sistem ini menekankan bahwa manusia secara inheren baik, dan bahwa kebutuhan dasar penting untuk perilaku manusia. Psikologi humanistik juga fokus pada menemukan cara rasional untuk memecahkan masalah manusia ini. Pada akarnya, psikologi humanisme fokus pada kebajikan manusia. Ini telah menjadi gerakan penting sepanjang sejarah, dari akar Yunani dan Latin hingga Renaisans dan sekarang kebangkitan modern.
Teori dan pendekatan dalam pendidikan ini berakar dalam psikologi humanistik, dengan konsep-konsep kunci yang fokus pada gagasan bahwa anak-anak pada intinya baik dan bahwa pendidikan harus berfokus pada cara-cara rasional untuk mengajarkan “keseluruhan” anak. Teori ini menyatakan bahwa siswa adalah otoritas tentang bagaimana mereka belajar, dan bahwa semua kebutuhan mereka harus dipenuhi agar mereka dapat belajar dengan baik. Sebagai contoh, seorang siswa yang lapar tidak akan dapat memberikan perhatian yang sama pada pembelajaran. Oleh karena itu, sekolah menawarkan makanan kepada siswa agar kebutuhan itu terpenuhi, dan mereka dapat fokus pada pendidikan. Pendekatan teori humanistik melibatkan keterampilan sosial, perasaan, intelektual, keterampilan artistik, keterampilan praktis, dan lainnya sebagai bagian dari pendidikan mereka. Harga diri, tujuan, dan otonomi penuh adalah elemen kunci dalam teori pembelajaran humanistik.
Teori pembelajaran humanistik dikembangkan oleh Abraham Maslow, Carl Rogers, dan James F. T. Bugental pada awal abad ke-20. Humanisme merupakan respons terhadap teori-teori pendidikan umum pada waktu itu, yang merupakan behaviorisme dan psikoanalisis. Abraham Maslow dianggap sebagai bapak gerakan ini, dengan Carl Rogers dan James F.T. Bugental menambahkan psikologi lebih lanjut kemudian.
Maslow dan para humanis percaya bahwa behaviorisme dan teori psikologi lainnya memiliki persepsi negatif terhadap pembelajar—misalnya kondisi operan dalam psikologi behaviorisme menyarankan bahwa siswa hanya bertindak dengan cara yang baik atau buruk karena hadiah atau hukuman dan dapat dilatih berdasarkan keinginan untuk mendapatkan hadiah tersebut. Maslow dan psikologi humanistik mengatakan bahwa siswa pada dasarnya baik dan akan membuat keputusan yang baik ketika semua kebutuhan mereka terpenuhi. Psikologi humanistik berfokus pada gagasan bahwa pembelajar membawa yang terbaik dari diri mereka sendiri, dan bahwa manusia didorong oleh perasaan mereka lebih dari pada hadiah dan hukuman. Maslow percaya hal ini dan menulis banyak artikel untuk mencoba dan membuktikannya.
Keyakinan bahwa manusia didorong oleh perasaan menyebabkan pendidik yang memahami psikologi humanistik untuk fokus pada masalah manusia, emosional yang mendasar ketika mereka melihat perilaku buruk, bukan hanya menghukum perilaku buruk tersebut. Teori pembelajaran humanistik berkembang lebih lanjut dan menangkap gagasan bahwa jika siswa sedih, sedih, atau tertekan, mereka kurang mungkin dapat fokus pada pembelajaran. Ini mendorong guru untuk menciptakan lingkungan kelas yang membantu siswa merasa nyaman dan aman sehingga mereka dapat fokus pada pembelajaran mereka. Emosi berada di pusat psikologi humanisme.
Ada beberapa prinsip penting yang terlibat dalam teori pembelajaran humanistik yang semuanya mengarah pada aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah ketika semua kebutuhan Anda terpenuhi, Anda telah menjadi yang terbaik yang Anda bisa, dan Anda merasa puas. Meskipun Maslow dan para humanis tidak percaya bahwa kebanyakan orang mencapai aktualisasi diri, keyakinan mereka adalah bahwa kita selalu mencari itu, dan semakin dekat kita, semakin banyak yang bisa kita pelajari.
Pilihan sangat penting dalam teori pembelajaran humanistik dan psikologi humanistik. Pembelajaran humanistik berpusat pada siswa, sehingga siswa didorong untuk mengambil kendali atas pendidikan mereka. Mereka membuat pilihan yang dapat bervariasi dari aktivitas harian hingga tujuan masa depan. Siswa didorong untuk fokus pada area mata pelajaran tertentu yang menarik bagi mereka untuk jangka waktu yang wajar yang mereka pilih. Guru yang menggunakan pembelajaran humanistik percaya bahwa penting bagi siswa untuk menemukan motivasi dan keterlibatan dalam pembelajaran mereka, dan hal itu lebih mungkin terjadi ketika siswa memilih untuk belajar tentang sesuatu yang benar-benar mereka ingin ketahui.
Efektivitas pendekatan psikologi ini didasarkan pada siswa merasa terlibat dan mandiri sehingga mereka ingin belajar. Jadi pembelajaran humanistik bergantung pada pendidik untuk terlibat dengan siswa, mendorong mereka untuk menemukan hal-hal yang mereka minati sehingga mereka bersemangat tentang pembelajaran.
Bagi sebagian besar guru humanistik, nilai tidak begitu penting. Evaluasi diri adalah cara paling bermakna untuk mengevaluasi bagaimana pembelajaran berjalan. Memberi nilai kepada siswa mendorong mereka untuk bekerja untuk nilai tersebut, bukan melakukan hal-hal berdasarkan kepuasan dan kegembiraan belajar mereka sendiri. Pengujian rutin dan hafalan tidak mengarah pada pembelajaran yang bermakna dalam teori ini, dan oleh karena itu tidak dianjurkan oleh guru humanistik. Pendidik humanistik membantu siswa melakukan evaluasi diri agar mereka dapat melihat bagaimana siswa merasa tentang kemajuan mereka.
Perasaan dan pengetahuan sama-sama penting dalam proses pembelajaran dan tidak boleh dipisahkan menurut psikologi humanistik. Guru humanistik percaya bahwa pengetahuan dan perasaan saling terkait dalam proses pembelajaran. Pembelajaran kognitif dan afektif sama-sama penting untuk pembelajaran humanistik. Pelajaran dan aktivitas harus berfokus pada keseluruhan siswa dan kecerdasan serta perasaan mereka, bukan salah satu dari keduanya.
Karena pembelajaran humanistik berfokus pada seluruh siswa, pendidik humanistik memahami bahwa mereka perlu menciptakan lingkungan yang aman agar siswa dapat memenuhi sebanyak mungkin kebutuhan mereka. Mereka perlu merasa aman secara fisik, mental, dan emosional agar dapat fokus pada pembelajaran. Jadi pendidik humanistik sangat antusias tentang ide membantu siswa memenuhi sebanyak mungkin kebutuhan mereka.